Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peran Istri Dalam Membersamai Langkah Suami

Img: repost internet

Oleh: Sukamti Baharuddin*

Perkembangan dan kemajuan dunia telah mengubah banyak hal, terutama bagi kehidupan seorang perempuan. Tidak lagi seperti dahulu, di masa sekrang perempuan lebih memiliki banyak ruang dan tempat untuk berperan secara aktif , yang membuatnya secara dinamis memiliki kedudukan dan fungsi yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, dalam sekali waktu perempuan bisa menjalankan hak maupun kewajibannya tanpa terbatasi.

Dalam pembagiaannya sendiri, berdasarkan tujuan peran seorang perempan terbagi atas beberapa bagian, ada; 1) Peran Domestik, 2) Peran Publik, 3) Peran Produktif dan 4) Peran Reproduktif. 

Semua peranan di atas sangatlah penting dan saling berkesinambungan adanya. Terutama bagi mereka yang telah menyandang gelar sebagai seorang istri. Bukan hanya perihal kesenangan semata yang dituju.  Tentu lebih dari itu semua, demi terwujudnya keluarga sejahtera dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Begitulah pentingnya peran seorang perempuan sebagai poros kehidupan di dalam rumah tangga itu sendiri. Sehingga bisa dikatakan bahwa peran peempuan di sini sangatlah vital dengan fungsi dan tugasnya.

Dalam konsep sosial budaya, antara laki-laki dan permepuan memiliki status yang sama, yang membedakan hanyalah peran dan fungsinya. Sebagaimana halnya perempuan dalam menjalankan perannya dalam kehidupan berumah tangga, ia tidak hanya yang menjadi sosok beruang dapur dan asap, si tukang menggosok tenunan benang dengan tatakan besi panas di atasnya atau bahkan ia (istri) dengan tumpukan sayur dan gagang pisau di tangan kanannya. Lebih dari itu, perempuan secara aktif dan kuat harus berdiri di garda terdepan dalam mendukung dan menyokong suaminya dengan penuh, dalam setiap kegiatan yang di emban. Bukan berarti menjadi rendah, justru inilah rata yang adil. Istri diberikan ruang serta kesempatan membersamai suami dalam setiap langkahnya, yang membuatnya sama merasakan keadilan peran tanpa terdistorsi.

Bahwa benar adanya dan tidak dipungkiri, keberadaan sosok seorang istri di samping suami sangatlah penting dalam mewujudkan sebuah cita-cita dan tujuan. Dukungan yang diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung akan membuat seorang suami lebih kuat dan berani berdiri di atas prinsip serta keyakinan luhur dalam melanggengkan kontribusinya pada suatu pekerjaan pun wadah atau suatu pergerakan, tempat di mana ia berkarya demi sebuah tujuan bersama.

Motivasi menjadi suatu sikap paling berperan demi mencapai itu semua, visi ketahanan, peradaban yang semakin pesat berkembang di atas sistem tanpa terkendali. Jika laki-laki berjalan tanpa adanya dukungan, cita-cita hanya sampai pada lisan, dan sebaliknya dengan adanya dukungan dalam setiap langkahnya , laki-laki akan menjadi lebih tertata, tertuju dan apa yang dicitakan tercapai. Sehingga apa yang telah diperjuangkan tidak menjadi hal yang sia-sia.

Pun kini yang saya lakukan, sebagai seorang perempuan yang kini telah menyandang gelar sebagai seorang istri dari seorang anggota organisasi pemuda yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama yakni GP Ansor. 

Tidak dipungkiri, kesibukan dan padatnya kegiatan dalam kepengurusan GP Ansor seringkali membuat saya harus turut serta merelakan suami bepergian dalam mengemban misi-misi besar. Bukan hanya sekali atau dua kali waktu saja, bahkan bisa beberapa kali dalam seminggu. Namun lama-kelamaan saya menjadi terbiasa dan berubah bangga. Terlebih melihat suami yang begitu antusias bersemangat dalam langkah melanggengkan nilai-nilai keagaaman demi sebuah ketahanan, yang tentu membuat saya semakin tidak memiliki alasan barang satupun untuk tidak mendukungnya. Sebuah kehormatan bagi saya tentunya, yang secara tidak langsung diberikan ruang mengabdi kepada bangsa dan negara melalui langkah gerak suami.

Tidak cukup sampai di situ, peran keseimbangan pun juga saya rasakan ketika menjadi seorang istri. Di mana suami sama memahami dan begitu terbuka dengan kegiatan-kegiatan yang saya pilih. Seperti dukungan yang saya berikan kepadanya, secara penuh pula suami mendukung saya dalam berkarir, berkiprah dalam suatu organisasi dan menjalankan hobi, tentunya tanpa meninggalkan kewajiban saya sebagai seorang perempuan yang telah bergelar sebagai istri.

Tidak mudah memang, namun atas keterbukaan pikiran bersama, bahwa sebuah ketahanan suatu bangsa bukanlah milik pribadi pun ketahanan dalam berumah tangga. Perlu diingat itu adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya seorang istri ataupun suami saja.

*Merupakan istri dari salah satu anggota GP Ansor PAC Gandusari. Selain bekerja disalah satu lembaga psikologi Jawa Timur, juga aktif menulis bersama beberapa komunitas penulis maupun secara mandiri.