Sumber-sumber Etika Jawa
Etika
secara harfiah berasal dari Bahasa Yunani yaitu “ethos”, memiliki makna watak
kesusilaan atau adat kebiasaan. Adat kebiasaan atau dalam Bahasa latin “mores”
yang meruapakan bentuk jamak dari kata “mos” juga mengandung makna cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk. Etika
berkaitan dengan moral, namun keduanya memiliki perbedaan. Etika difungsikan
untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Sedangkan, moral difungsikan
untuk penilaian perbuatan yang dilakukan.
Adapun
istilah lain yang memiliki kesamaan dengan etika ialah Susila (sansekerta) yang
merujuk pada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Etika
juga memiliki kesamaan dengan akhlak (Arab) yang berarti moral. Dengan demikian,
etika mengandung pengertian sebagai ilmu akhlak.
Setiap
etika tentunya memiliki sebuah sumber. Hal ini juga berlaku untuk etika jawa
yang bersumber dari petuah para leluhur, baik secara lisan maupun tertulis
sebagaimana dalam bentuk karya sastra. Adapun petuah lisan bisa berupa :
2. Seni pertunjukan sandiwara
3. Mendongeng
4.
Ular-ular
5.
Pitutur
6.
Dan lain-lain.
Sedangkan petuah tertulis
bisa berupa :
1. Karya sastra kakawin
2. Epos
3. Serat
4. Suluk
5. Tembang macapat
6. Cerita rakyat
7. Peribahasa
8. Dan lain-lain.
Selain petuah lisan dan
tertulis, terdapat petuah yang terdapat dalam simbol-simbol atau lambang-lambang.
Simbol-simbol/lambang-lambang tersebut dapat dilihat pada :
1. Ubarampe sesaji
2. Kuliner
3. Benda-benda pusaka
4. Busana
5. Wayang
6. Seni tari
7. Gamelan
8. Seni arsitektur jawa
9. Rumah jawa yang sarat dengan ajaran
kearifan
10. Dan lain-lain.
Sumber etika jawa melalui
media ritual juga merupakan sumber etika. Selagi manusia dapat menangkap makna
simbolik yang tersirat di balik upacara tradisi tersebut. Upacara tradisi
berupa media ritual semacam bunga dan dupa diantaranya ialah :
1.
Upacara tradisi sekaten
2.
Grebek
3.
Saparan
4.
Rabu pungkasan
5.
Yaa-Qaa-Wiyyu
6.
Sedekah laut
7.
Sedekah bumi
8.
Merti desa
9.
Wiwitan
10.
Dan lain-lain
Etika
jawa juga dapat bersumber dari ajaran agama-agama yang ada. Diantaranya ialah :
1.
Agama Islam
2.
Agama Kristen protestan
3.
Agama Kristen katolik
4.
Agama Hindu
5.
Agama Buddha
6.
Maupun Agama Kong Hu Cu.
Demikian
pula perilaku dari para orang suci seperti : Nabi atau Rasul juga dapat dijadikan
sumber etika.
Etika
jawa merupakan etika yang diterapkan oleh Masyarakat Jawa, khususnya Masyarakat
Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Provinsi Jawa Timur. Frans
Magnis Suseno mengatakan bahwa etika jawa merupakan panduan hidup yang
berlandaskan moral, hati nurani, dan olah rasa. Adapun pendapat lainnya yang
menjelaskan bahwa etika jawa merupakan ilmu yang mempelajari adat istiadat,
pandangan hidup, nilai-nilai dan filsafat yang berlangsung di Masyarakat Jawa. Sehingga,
etika jawa lebih menekankan dimensi keselarasan antara manusia (makrokosmis)
dan keteraturan semesta (mikrokosmis).